Wednesday, April 2, 2014

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI RUMINANSIA


LAPORAN PRAKTIKUM ILMU NUTRISI RUMINANSIA
Tentang
“ANALISIS BAHAN KERING”







DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
    DEDET SEPTIAN RAHA ANUGRAH    (B1D 211 055)
    ADI SASTRAWAN                (B1D 011 005)
    AHMAD HULAIMI ZARKASIH        (B1D 011 013)
    HASANUDDIN                 (B1D 010 018)
    MAR’ATUL HAFIZAH            (B1D 010 030)
    AZIZATUL MUNAWAROH        (B1D 011 039)
    ASMAH                    (B1D 011 030)
    BUSYAIRIL HADI                (B1D 211 051)
    LALU ISKANDAR ZULKARNAEN    (B1D 010 070)
    MUHAMMAAD HIKMATOAR        (B1D 010 027)
    ICA AYU ANDIRA                (B1D 010 003)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-NYA kami berhasil menyusun laporan tetap praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia ini tepat pada waktunya.Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar dan junjungan alam Nabi Muhammad SAW, cinta kami untukmu wahai orang-orang yang dicintai Allah.
Pada kesempatan ini tidak lupa dengan penuh rasa hormat penulis ucapkan terima kasih tak terhingga kepada dosen mata kuliah Ilmu Nutrisi Ruminansia yang senantiasa menyediakan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran, penuh perhatian, dan kepada teman-teman yang senantiasa mendorong semangat dan selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan laporan ini
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia ini disusun berdasarkan dari berbagai sumber yaitu internet, buku-buku dan  penjelasan yang disampaikan oleh dosen yang berada di Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Laporan Praktikum ini semata-mata kami buat untuk memenuhi sebagian syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir mata kuliah Ilmu Nutrisi Ruminansia serta sekaligus merupakan bukti pelaksanaan praktikum yang telah kami lakukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan ke depannya. Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya.

Mataram, 2 juli 2013

Praktikan

DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR     ii
DAFTAR ISI     iii
BAB I : PENDAHULUAN
    Latar Belakang     1
    Tujuan dan Kegunaan Praktikum     2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA     3
BAB III : MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
    Materi Praktikum     8
    Metode Praktikum     8
    Tempat dan Waktu Praktikum      10
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
    Hasil Pengamatan     11
    Pembahasan      19
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
    Kesimpulan     29
    Saran     29
DAFTAR PUSTAKA     30
LAMPIRAN     31





BAB I
PENDAHULUAN
    Latar belakang
Seperti yang telah diketahui Indonesia adalah Negara yang terkenal akan berbagai sumber daya alamnya terutama sumber daya ternak. Peranan sumber daya ternak ini telah terbukti sejak kehidupan primitif sampai pada tingkat modern misanya ternak ruminansia. Ternak ruminansia yang dikenal sebagai ternak memamah biak terdiri dari sapi dan kerbau (ruminansia besar) serta kambing dan domba (ruminansia kecil). Selain daging dan hasil ikutannya, maka pupuk dan tenaga kerja untuk mengolah tanah merupakan bahan-bahan dan jasa yang diberikan untuk kesejahteraan manusia. Tentunya untuk dapat memenuhi itu semua ternak ruminansia memanfaatkan pakan (hijauan) untuk hidup dan berproduksi.
Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas. Petani pada umumnya memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga masih kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila diketahui besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan tersebut. Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses yang kompleks, melibatkan interaksi yang dinamis antara makanan, mikroba dan hewan. Pencernaan merupakan proses yang multi tahap. Proses pencernaan pada ternak ruminansia terjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba di rumen, dan hidrolitis oleh enzim pencernaan di abomasum dan duodenum hewan induk semang. Sistem fermentasi dalam perut ruminansia terjadi pada sepertiga dari alat pencernaannya
Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis. Dengan metode Invivo dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro.
Sangat penting mengetahui kandungan nutrien dari pakan yang dimakan oleh ternak untuk mengevaluasi kecernaan dari pakan yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dianalisis yaitu dengan menganalisis bahan kering yang di kandung pakan (jerami, kosentrat, feses) baik air dry basis, dry matter basis, dan asfed basis.

    Tujuan dan Kegunaan Praktikum
    Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari melakukan praktikum ini adalah :
    Untuk mengetahui bagaimana cara preparasi sampel (pakan dan feses) di kandang.
     Untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan BK udara, BK asfed, dan BK 105 0C dari pakan dan feses,dan retensi BK. Serta;
    Untuk mengevaluasi nilai kecernaan pakan pada sapi dengan metode in-vivo.
    Kegunaan praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat menegetahui dan menjelaskan bagaiamana kecernaan bahan kering yang dilakukan oleh sapai dengan metode in vivo serta analisis bahan kering dari pakan dan feses yang dilkukan di laboratorium.
BAB II
TINJAUANA PUSTAKA
    Pakan
Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha peternakan. Oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya perlu mendapat perhatian yang serius. Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan dengan baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus mendukung produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih ekonomis.Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak  adalah kebutuhan nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak (Subandriyo et al. 2000).
Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, termasuk Indonesia (Reksohadiprodjo et al, 1995), karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas.
Jerami padi adalah bagian batang tanaman setelah dipanen butir-butirr buah bersama/tidak dengan tangkainya dikurangi akar dan bagian batang yang tertinggal setelah disabit batanganya (Komar, 1984). Jerami padi sebagai limbah pertanian mengandung nutrient yang sangat rendah yaitu protein kasra 4,1% dan dinding sel 86%, sehoinngga apabila diberikan pakan tunggal bagi ternak sulit untuk memenuhi kebutuhan ternak akan nutrient, walaupun pemeberiannya secara ad libitum (Dixon, 1986).
Konsentrat meliputi biji-bijian (jenis padi-padian, kacang-kacangan) hasil ikutan dari penggilingan dan biji-bijian antara lain dedak padi, dedak jagung, dedak gandum dan lain-lain. Konsentrat dikelompokan menjadi 2 yaitu Proteinaceous concentrate dan Carbonaceous concentrate. Carbonaceous concentrate adalah konsentrat yang mengandung energi tinggi, sedangkan Proteinaceous concentrate adalah konsentrat yang kaya protein (Lubis, 1992).   
Konsentrat adalah pakan ternak yang mengandung serat kasar rendah energi dan BETN yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak (Tillman et al., 1998). Konsentrat dapat pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang dipergunakan bersama bahan pakan lain, untuk meningkatkan gizi dan dimasukan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau pakan pelengkap (Hartadi et al., 1997).
Konsentrat sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia (sapi potong), karena bahan-bahan tersebut mudah difermentasikan sehingga konsentrat akan meningkatkan kadar propionat yang berguna dalam pembentukan daging dan akan merangsang pertumbuhan mikrobia rumen sehingga mempercepat kemampuan mencerna serat kasar. Penambahan konsentrat pada ternak ruminansia memungkinkan ternak untuk mengkonsumsi pakan yang lebih baik nutriennya dan lebih palatabel, selain itu kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkan pakan penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang ada. Konsentrat sangat mudah dicerna dan berperan sebagai sumber zat pakan utama seperti karbohidrat dan protein (Tillman et al., 1991).

    Kecernaan Metode In Vivo
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman et al. 2001). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses.
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui seisem peredaran darah. Pencernaan secara fisik dimulai dibagian rongga mulut hingga dilanjutkan di segmen lambung dan usus. Pencernaan kimiawi dimulai dari segmen lambung dan disempurnakan oleh segmen usus. Cairan digestif yang berperan dalam pencernaan di segmen usus berasal dari hati, dinding usus itu sendiri (Handajani dan Widodo, 2010).
Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses yang kompleks, melibatkan interaksi yang dinamis antara makanan, mikroba dan hewan. Pencernaan merupakan proses yang multi tahap. Proses pencernaan pada ternak ruminansia terjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba di rumen, dan hidrolitis oleh enzim pencernaan di abomasum dan duodenum hewan induk semang. Sistem fermentasi dalam perut ruminansia terjadi pada sepertiga dari alat pencernaannya. Hal tersebut memberikan keuntungan yaitu produk fermentasi dapat disajikan ke usus dalam bentuk yang lebih mudah diserap (Sutardi 2006).
Pada tahap pertama sampel pakan dicerna secara anaerobik oleh mikroorganisme rumen pada suhu 390C. Dengan menambahkan larutan buffer atau larutan penyangga maka kondisi level pH rumen dipertahankan pada tingkat yang sama dengan kondisi pH di dalam rumen ternak. Proses pencernaan berlangsung terus selama 48 jam. Struktur karbohidrat akan didegradasi oleh mikroorganisme dengan hasil akhir dalam bentuk VFA (Volatile Fatty Acid). Protein pakan tidak semuanya tercerna pada tahap pertama ini sehingga semakin besar kandungan protein dari suatu pakan hijauan maka akan semakin kecil proporsi yang dapat diubah menjadi asam-asam amino yang terlarut. Protein yang tidak larut tersebut terdiri dari campuran protein pakan yang tidak tercerna dan protein mikrobial. Pencernaan kemudian dilanjutkan pada tahap dua.
Pencernaan pada tahap kedua dilakukan oleh pepsin dan HCl selama 48 jam berikutnya yang bertujuan untuk mengubah protein tersisa pakan dan protein mikroba menjadi produk protein terlarut. Setelah pencernaan tahap kedua selesai, supernatan dibuang. Kemudian residu dikeringkan sampai beratnya konstan dan bahan keringnya dihitung. Pengurangan berat residu yang didapatkan dari sampel blanko dari berat residu yang tercerna dari berat hijauan sebelumnya dan akhirnya daya cerna dapat dihitung. Jumlah nutrien yang hilang pada pendugaan ini dianggap telah tercerna (Tilley dan Terry, 1963).

    Kecernaan BK
Kecernaan atau daya cerna adalah bagian dari nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam feses terhadap konsumsi pakan (Tillman dkk., 1991). Tingkat kecernaan nutrien makanan dapat menentukan kualitas dari ransum tersebut, karena bagian yang dicerna dihitung dari selisih antara kandungan nutrien dalam ransum yang dikonsumsi dengan nutrien yang keluar lewat feses atau berada dalam feses.

Kecernaan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh mikroba rumen.  Semakin tinggi nilai persentase kecernaan bahan pakan  tersebut, berarti semakin baik kualitasnya.  Kisaran normal bahan kering yaitu 50,7-59,7%.  Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut.  Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan mineral (Tilman, dkk, 1991; Anggorodi, 1994).
Kecernaan BK yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat nutrisi yang dicerna oleh mikroba rumen (Anitasari, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kecernaan BK ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein, persentase lemak dan mineral (Anggorodi, 1994).
























BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

    Materi praktikum
    Perlakuan kandang
    Ember
    Timbangan
    Sendok
    Kantong plastik
    Spidol
    Baskom ukuran kecil
    Preparasi sampel
    Amplop
    Oven 60 0C
    Timbangan analitik
    Analisis BK
    Oven 105 0C
    Silica dish (alumunium dish)
    Desicator
    Timbangan analitik
    Tang penjepit

    Metode praktikum
    Perlakuan kandang
    Membersihkan kandang.
    Memandikan sapi, mencuci tempat pakan dan minum.
    Mencacah jerami 2-4 cm.
    Mengambil cuplikan 2 genggam dan memassukkannya kedalam kantong plastik.
    Menimbang jerami sebanyak 10 kg pada pemberian pagi hari pukul 07.00, dan 10 kg pada pemberian sore hari pukul 15.30 dan memberikan air minm secra adlibitum (secara terus menerus) kepada sapi.
    Menimbang konsentrat sebanyak 1 kg untuk dan diberikan kepada sapi.
     Menimbang feses pada setiap defekasi, mencatat berat, jam dan teksturnya.
    Mengambil cuplikan sampel feses sebanyak 3 sendok makan dan memasukkan kedalam kantong plastic.
    Setelah 24 jam, menimbang sisa pakan (jerami dan konsentrat) mengambil cuplikan sebnyak 2 genggam kemudian masukkan kedalam masing-masing kantong plastik.
     Mencampurkan seluruh cuplikan feses sampai homogeny, mengambil sampel feses sebanyak 10 sendok makan dan memasukkan kedalam masing-masing kanttong plastik.
    Membawa sampel ke laboratorium untuk preparasiaa sampel.
    Preparasi sampel
    Menghidupkan oven 60 0C di laboratorium Nutrisi Ruminansia / Herbivora.
    Menyiapkan amplop untuk jerami awal, jerami sisa, konsentrat awal, konsentrat sisa dan feses.
    Mengeringkana amplop didalam oven 60 0C selama 1 jam kemudian menimbang amplop dan menulis berat amplop dibagan luar amplop.
    ,memasukkan masing-maing sampel kedalam amplop kemudian mencatat berat amplop+sampel dibagian luar amplop.
    Memasukkan sampel+amplop kedalam oven hingga beratnya konstan ( 3 hari) dan mencatat beratnya setelah didapat berta konstan.
    Menggiling sampel dan simpan didalam plastic e-tic untuk selanjutnya analisis lebih lanjut tentang anlisis bahan kering.
    Analisis bahan kering
    Membersihkan cawan, beri kode untuk masing-masing sampel.
    Menimbang berat cawan kosong dan mencatat beratnya.
    Tambhakan 1-2 gram sampel dan mencatat beratnya.
    Mengeringkan semalaman (8-12 jam) didalam oven 105 0C (hingga berat konstan).
    Timbang berat cawan+sampel kering oven.
    Menghitung berat BK sampel.

    Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum ini diadakan di Teaching Farm Fakultas Peternakan dan Laboratorium Ruminansia dan Herbivora serta Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Mataram pada tanggal 1 – 14 juni 2013.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
    Data kandang (tabel 1)
    Defekasi ke-1
Kode sapi    Berat feses    Jam    Tekstur
1    2,23  kg    08. 14    Lembut
2    2,17  kg    08. 33    Lembut
3    2,93  kg    09. 04    Halus
4    1,76  kg    07. 45    Kasar
5    2,19  kg    09. 05    Kasar
6    1,77  kg    09. 36    Kasar
7    1,50  kg    11. 12    Lembut

    Defekasi ke-2
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    2,00 kg    10. 06    Lembut
2    1,93 kg    10. 04    Lembut
3    1,57 kg    10. 37    Lembut
4    0,96 kg    09. 06    Kasar
5    2,14 kg    12. 34    Lembut
6    2,12 kg    11. 32    Lembut
7    0,70 kg    11. 37    Lembut
   
    Defekasi ke-3
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    3,45 kg    12. 47    Kasar
2    2,72 kg    13. 16    Lembut
3    1,22 kg    11. 49    Lembut
4    1,89 kg    10. 24    Lembut
5    2,48 kg    15. 27    Kasar
6    1,13 kg    14. 33    Lembut
7    0,83 kg    13. 34    Lembut

    Defekasi ke-4
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    1,98 kg    15. 23    Kasar
2    3,32 kg    17. 14    Kasar
3    1,25 kg    14. 42    Kasar
4    2,10 kg    13. 25    Halus
5    0,64 kg    17. 37    Kasar
6    2,14 kg    17. 43    Lembut
7    0,17 kg    14. 20    Lembut

    Defekasi ke-5
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    1,98 kg    17. 20    Lembut
2    1,44 kg    19. 36    Kasar
3    1,07 kg    15. 37    Kasar
4    1,65 kg    14. 51    Lembut
5    2,22 kg    21. 44    Lembut
6    2,80 kg    21. 43    Lembut
7    1,12 kg    15. 25    Lembut

    Defekasi ke-6
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    2,07 kg    20. 15    Lembut
2    1,78 kg    21. 26    Kasar
3    1,67 kg    17. 47    Kasar
4    1,26 kg    15. 26    Lembut
5    1,11 kg    22. 34    Lembut
6    2,31kg    21. 25    Lembut
7    1,12 kg    17. 25    Kasar

    Defekasi ke-7
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    2,35 kg    23. 08    Lembut
2    2,02 kg    23. 27    Kasar
3    0,61 kg    18. 31    Lembut
4    0,52 kg    17. 48    Lembut
5    2,29 kg    03. 15    Lembut
6    2,05 kg    06. 31    Lembut
7    2,35 kg    21. 25    Lembut

    Defekasi ke-8
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    1,59 kg        30    Kasar
2    3,24 kg    04. 51    Lembut
3    3,62 kg    01.12    Halus
4    0,66 kg    18. 29    Lembut
7    1,98 kg    23. 05    Lembut

    Defekasi ke-9
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    1,75 kg    03, 47    Kasar
2    1,74 kg    06. 16    Kasar
3    1,54 kg    03, 48    Lembut
4    1,65 kg    20. 07    Lembut
7    1,01 kg        14    Lembut

    Defekasi ke-10
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
1    2,30 kg    06. 01    Lembut
3    0,96 kg    06. 17    Kasar
4    1,41 kg    23. 04    Lembut
7    2,02 kg    05. 51    Lembut

    Defekasi ke-11
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
4    3,66 kg    03, 03    Lembut
7    0,96 kg    06. 34    Lembut

    Defekasi ke-12
Kode sapi    Berat feses (kg)    Jam    Tekstur
4    1,73 kg    06. 15    Lembut





    Data Laboratorium (tabel 2)
    Kering Udara
    Pakan (jerami)
KODE
    PAKAN AWAL    PAKAN KERING    % KERING UDARA PAKAN
    AMPLOP    AMP+PKN    PAKAN    AMP+PKN    PAKAN   
1    8.5    67.5    59    42    33.5    56.77966102
2    9    73.5    64.5    29    20    31.00775194
3    9    20.5    11.5    13.5    4.5    39.13043478
4    8.5    43.5    35    23.5    15    42.85714286
5    8    56.5    48.5    28    20    41.2371134
6    8    73.5    65.5    23.5    15.5    23.66412214
7    9    31    22    20    11    50

    Feses
KODE    FESES AWAL    FESES KERING    % KERING UDARA
    AMPLOP    AMP+FES    FESES    AMP+FES    FESES    FESES
1    4.5    27.5    23    8.5    4    17.3913
2    4    31    27    10    6    22.22222
3    3.5    38    34.5    10.5    7    20.28986
4    3.5    45.5    42    11.5    8    19.04762
5    4    32    28    9    5    17.85714
6    4    32.5    28.5    10    6    21.05263
7    4    45.5    41.5    11.5    7.5    18.07229




    Konsumsi BK
    Pakan (jerami)
KODE    JERAMI SEGAR    JERAMI KERING
     PEMB (kg)    SISA (kg)    KON (kg)    BK (%)    KON (kg)
1    20    0.065    19.935    56.77    11.3171
2    20    0.07    19.93    31    6.1783
3    20    0.125    19.875    39.13    7.7770875
4    20    0.195    19.805    42.85    8.4864425
5    20    2.795    17.205    41.23    7.0936215
6    20    0.45    19.55    23.66    4.62553
7    20    0.275    19.725    50    9.8625

    Pakan konsentrat (konsentrat+jerami)
KODE     KONSENTRAT SEGAR    KONSENTRAT KERING    KONSUMSI BK
    PEMB. (kg)    SISA (kg)    KON (kg)    BK (%)    KON (kg)   
1    1    0    1    100    1    12.3170995
2    1    0.165    0.835    83.5    0.697225    6.875525
3    1    0    1    100    1    8.7770875
4    1    0    1    100    1    9.4864425
5    1    0.195    0.805    80.5    0.648025    7.7416465
6    1    0    1    100    1    5.62553
7    1    0    1    100    1    10.8625


    Bahan Kering Oven 105 0C
    Pakan (jerami)
KODE
     PAKAN KU (g)     BK PAKAN (g)    BK PAKAN (%)
    CAWAN    CWN+PKN     PKN    CWN+PKN    PKN   
1    21.408    22.504    1.096    22.418    1.01    92,1532
2    20.012    21.343    1.331    21.229    1.217    91,4350
3    21.181    22.232    1.051    22.142    0.961    93,4367
4    23.624    24.776    1.152    24.673    1.049    91,0590
5    21.067    22.093    1.026    22.006    0.939    91,5204
6    22.212    23.455    1.243    23.347    1.135    91,3113
7    19.99    21.22    1.23    21.11    1.12    92,0569

    Feses
KODE    FESES KU (g)    BK FESES (g)    BK
FESES (%)
    CAWAN    CWN+FES    FESES    CWN+FES    FES   
1    12.796    14.01    1.214    13.905    1.109    91.351
2    14.473    15.591    1.118    15.505    1.032    92.3077
3    16.73    17.758    1.028    17.68    0.95    92.4125
4    20.32    21.347    1.027    21.268    0.948    92.3077
5    19.695    20.725    1.03    20.65    0.955    92.7184
6    22.354    23.375    1.021    23.298    0.944    92.4584
7    20.981    22.002    1.021    21.94    0.959    93.9275




    Bahan kering pakan dan feses
KODE    PAKAN (%)    FESES (%)
    KU    BK    AS FED    KU    BK    AS FED
1    56.77    92.1532    52.31537    17.39    91.351    15.8859389
2    31    91.435    28.34485    22.22    92.3077    20.5107709
3    39.13    91.4367    35.77918    20.28    92.4125    18.741255
4    42.85    91.059    39.01878    19.04    92.3077    17.5753861
5    41.23    91.5204    37.73386    17.85    92.7184    16.5502344
6    23.66    91.3113    21.60425    21.05    92.4584    19.4624932
7    50    92.0569    46.02845    18.07    93.9275    16.9726993

    Retensi BK
KODE    KON. JERAMI BK (kg)    KON. KONSENTRAT BK (kg)    TOTAL KON.PAKAN BK (kg)    KELUARAN FESES BK (kg)    RETENSI  BK (%)
1    11.317    1    12.317    19.9972    19,9872
2    6.178    0.697    6.875    18.6161    18,6061
3    7.777    1    8.777    15.032    15,0220
4    8.486    1    9.486    17.2829    17,2729
5    7.093    0.648    7.741    11.9617    11,9517
6    4.625    1    5.625    13.0757    13,0657
7    9.862    1    10.862    12.667    12,6570





4.2. Pembahasan
Pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses. Penghitungan metode In Vivo ini dengan cara mengurangi konsumsi dengan sisa pakan, yaitu dengan mengukur banyaknya pakan yang dikeluarkan lewat feces. Pakan yang dikonsumsi merupakan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tersisa.
Dari data diatas ke tujuh sapi yang diamati dari pemberian pakan sebanyak 20 kg jerami kering dan 1 kg konsentrat yang diberikan, tiap-tiap sapi mempunyai selera makan terhadap masing-masing pakan. Rata-rata konsumsi pakan bisa dibilang baik ini bisa dilihat dari sisa pakan jerami dan konsentrat yang tersisa hanya beberapa gram saja selain sapi no. 5 yang bersisa leboh banayak dari pada yang lain, munkin ini bisa disebabkan karena suasana kandang dan pakannya yang kurang baik atau ternaknaya sakit. Jadi langkah-langkah untuk mengetahui kecernaan bahan kering serta analisi bahan kering yaitu sebagai berikut :
    Preparasi sampel di kandang
Pengambilan sampel dilakukan di kandang selama sehari semalam. Pengambilan sampel ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang benar dan representative atau mendukung berdasarkan kecernaan yang dilakuakan oleh ternak. Sampel yang diambil ini ada lima jenis yaitu pakan awal (jerami), konsentrat awal, konsentrat sisa, pakan sisa (jerami sisa) dan feses. Dalam pengambilan feses ini dilakukan dengan memperhatikan homogenitas sampel, cara pengambilan sampel, jumlah sampel, dan pengolahan sampel.
Pengambilan sampel untuk pakan dan konsntrat pada dasarnya sama yaitu dengan mengambil cuplikan sebnyak 2 genggam lalu dimasukkan kedalam kantung palstik tetapi tetap memperhatikan homogenitas sampel. Berbeda dengan preparasi pakan preparasi feses di koleksi berdasarkan defekasi, pada setiap defekasi berat feses ditimbang dan dikoleksi hanya sedikit pada tiap defekasi. Koleksi sampel feses ini dilakuan selama 24 jam sampai defeaksi terakhir, setelah sampai pada defekasi terakhir, semua feses di homogenkan menjadi satu untuk masing-masing ternak sapi dan preparasi feses selesai setelah mengambil sedikit feses yang telah aduk menjadi satu.

    Preparasi sampel di laboratorium.
Pada tahap ini sampel yang telah disimpan dalam alat pendingain disiapkan untuk mendapatkan sampel yang kering udara untuk memudahakan dalam proses selanjutnya. Preparasi ini dilakukan untuk mendapatkan sampel yang kering udara yang disimpan dalam kering oven 60 0C selama 3 hari, prinsip dari pengovenan ini adalah penghilangan kadar air hampir setengahnya untuk mendapatkan berat konstan, dengan asumsi masi ada air yang terkandung didalam sampel dengan pengeringan oven seperti itu.
    Setalah mencapai berat konstan kita sudah mendapatkan sampel kita yang kering udara, perhitungan kering udara didapat dari :
% BK KU = (pakan (feses) kering oven)/(pakan (feses)  awal)  x 100 %
Seperti contoh sampel feses dan pakan dibawah ini:
    Pakan (jerami)
KODE
    PAKAN AWAL SEGAR    PAKAN KERING OVEN 60
    PAKAN    PAKAN
1    59    33.5
2    64.5    20
3    11.5    4.5
4    35    15
5    48.5    20
6    65.5    15.5
7    22    11
   
    % BK KU = (pakan  kering oven)/(pakan  awal)  x 100 %
= 33,5/59  x 100 %=56,77%
    % BK KU =(pakan  kering oven)/(pakan  awal)  x 100 %
= 20/64,5  x 100 %=31,00%
    % BK KU = (pakan  kering oven)/(pakan  awal)  x 100 %
= 4,5/11,5  x 100 %=39,13%
    % BK KU = (pakan  kering oven)/(pakan  awal)  x 100 %
= 15/35  x 100 %=42,85%
    % BK KU = (pakan  kering oven)/(pakan  awal)  x 100 %
= 20/48,5  x 100 %=41,23%
    % BK KU = (pakan  kering oven)/(pakan  awal)  x 100 %
= 15,5/65,5  x 100 %=23,66%
    % BK KU = (pakan  kering oven)/(pakan  awal)  x 100 %
= 11/22  x 100 %=50,00%


    Feses
KODE    FESES AWAL SEGAR    FESES KERING OVEN 60
    FESES    FESES
1    23    4
2    27    6
3    34.5    7
4    42    8
5    28    5
6    28.5    6
7    41.5    7.5

    % BK KU = (pakan  feses oven)/(feses  awal)  x 100 %
= 4/33  x 100 %=17,39%
    % BK KU = (pakan  feses oven)/(feses  awal)  x 100 %
= 6/27  x 100 %=222,22%
    % BK KU = (pakan  feses oven)/(feses  awal)  x 100 %
= 7/34,5  x 100 %=20,28%
    % BK KU  = (pakan  feses oven)/(feses  awal)  x 100 %
        = 8/42  x 100 %=19,04%
    % BK KU  = (pakan  feses oven)/(feses  awal)  x 100 %
        = 5/28  x 100 %=17,85%
    % BK KU  = (pakan  feses oven)/(feses  awal)  x 100 %
        = 6/28,5  x 100 %=21,05%
    % BK KU  = (pakan  feses oven)/(feses  awal)  x 100 %
        = 7,5/41,5  x 100 %=18,07%


    Perhitungan kadar Kering 105 0C
Perhitungan bahan kering pakan didapat dari penimbangana pakan kerin g udara yang dikeringkan dalam oven 105 0C selama semalaman dan didapatkan bahan kering bebas air dengan menggunakan rumus seperti berikut:
Kadar air = ((berat cawan+pakan KU)-(berat cawan+pakan oven 105 0C))/(berat pakan KU) x 100%
Bk pakan = 100 – kadar air
    Pakan (jerami)
KODE
     PAKAN KU (g)     BK PAKAN (g)
    CWN+PKN    PKN    CWN+PKN
1    22.504    1.096    22.418
2    21.343    1.331    21.229
3    22.232    1.051    22.142
4    24.776    1.152    24.673
5    22.093    1.026    22.006
6    23.455    1.243    23.347
7    21.22    1.23    21.11




Perhitungan bk pakan untuk masing-masing sapi :
    BK pakan (%) = 100-( (22,504-22,418)/1,096 x100)=92,1532%
    BK pakan (%) = 100- ( (21,343-21,229)/1,331 x100)=91,4350 %
    BK pakan (%) = 100-( (22.232-22,142)/1,051 x100)=91,4367%
    BK pakan (%) = 100-( (24,776-24673)/1,152 x100)=91,0590%
    BK pakan (%) = 100-( (22,093-22,006)/1,026 x100)=91,5204%
    BK pakan (%) = 100-( (23,445-23,347)/1,243 x100)=91,3113%
    BK pakan (%) = 100-( (21,220-21,11)/1,23 x100)=92,0569%

    Feses
KODE    FESES KU (g)    BK FESES (g)
    CWN+FES    FESES    CWN+FESES
1    14.01    1.214    13.905
2    15.591    1.118    15.505
3    17.758    1.028    17.68
4    21.347    1.027    21.268
5    20.725    1.03    20.65
6    23.375    1.021    23.298
7    22.002    1.021    21.94
Perhitungan BK feses :
    BK feses (%) = 100-( (14,01-13,905)/1,214 x100)=91,3510%
    BK feses (%) = 100-( (15,591-15,505)/1,118 x100)=92,3077%
    BK feses (%) = 100-( (17,758-17,680)/1,028 x100)=92,4125%
    BK feses (%) = 100-( (21,347-21,268)/1,027 x100)=92,7184%
    BK feses (%) = 100-( (20,725-20,650)/1,030 x100)=92,7184%
    BK feses (%) = 100-( (23,375-23,398)/1,1,021 x100)=92,4584%
    BK feses (%) = 100-( (22,002-21,940)/1,021 x100)=93,9275%

    Perhitungan retensi BK
Retensi BK merupakan banyaknya BK yang tertahan didalam tubuh setelah dikurangi total konsumsi dan berta feses. Perhitungna retensi BK ini bertjuan agar mengetahui besarnya bhan kering yang ada dalam tubuh ternak selama 24 jam setelah pakan dikonsumsi. Sebelum menhitung retensi BK terlebih dahulu menghitung keluaran feses BK , dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keluaran feses BK = (BK feses 105)/100 xberat feses
   
Setelah didapatkan hasil keluaran feses BK maka setelah itu dihitung retensi BK yang dengan menggunakan rumus sebsagai berikut:
Retensi BK = (keluaran feses-total konsumsi pakan BK)/(total konsumsi pakan BK) x 100

KODE    TOTAL KON.PAKAN BK (kg)    BERAT FESES (kg)    KELUARAN FESES BK (kg)    RETENSI  BK (%)
1    12.317    18,25    16,6715    35,3535
2    6.875    20,36    18,7938    173,364
3    8.777    16,44    15,1926    73,0955
4    9.486    19,25    17,7692    87,3202
5    7.741    13,07    12,1182    56,5456
6    5.625    14,32    13,2400    135,377
7    10.862    13,76    12,9214    18,9596
    Keluaran Feses
    Keluaran feses BK = (BK feses 105)/100 xberat feses
= 91,3510/100 x18,25=16,6715 kg
    Keluaran feses BK = (BK feses 105)/100 xberat feses
= 92,3077/100 x20,36=18,7938 kg
    Keluaran feses BK = (BK feses 105)/100 xberat feses
= 92,4125/100 x16,44=15,1926 kg
    Keluaran feses BK = (BK feses 105)/100 xberat feses
= 92,3077/100 x19,25=17,7692 kg
    Keluaran feses BK = (BK feses 105)/100 xberat feses
= 92,7184/100 x13,07= 12,1182 kg
    Keluaran feses BK = (BK feses 105)/100 xberat feses
= 92,4584/100 x14,32=13,2400  kg
    Keluaran feses BK = (BK feses 105)/100 xberat feses
= 93,9275/100 x13,76=12,9214 kg

    Retensi BK
    Retensi BK = (keluaran feses-total konsumsi pakan BK)/(total konsumsi pakan BK) x 100
= (16,6715-12,317)/12,317 x 100=35,3535 %
    Retensi BK = (keluaran feses-total konsumsi pakan BK)/(total konsumsi pakan BK) x 100
= (18,7938-6,875)/6,875 x 100=173,364 %
    Retensi BK = (keluaran feses-total konsumsi pakan BK)/(total konsumsi pakan BK) x 100
= (15,1926-8,777)/8,777 x 100=73,0955 %
    Retensi BK = (keluaran feses-total konsumsi pakan BK)/(total konsumsi pakan BK) x 100
= (17,7692-9,486)/9,486 x 100=87,3202 %
    Retensi BK = (keluaran feses-total konsumsi pakan BK)/(total konsumsi pakan BK) x 100
= (12,1182-7,741)/7,741 x 100=56,5456 %
    Retensi BK = (keluaran feses-total konsumsi pakan BK)/(total konsumsi pakan BK) x 100
= (13,2400-5,625)/5,625 x 100=135,377 %
    Retensi BK = (keluaran feses-total konsumsi pakan BK)/(total konsumsi pakan BK) x 100
= (12,9241-10,862)/10,862 x 100=18,9596 %

Rendahnya kecernaan BK dipengaruhi dari berbagai macam kandungan nutrien dari berbagai bahan pakan didalamnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecernaan bahan kering adalah suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari pakan, komposisi ransum, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut, tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan mineral pengaruh dari perbandingan dengan zat lainnya dari bahan pakan tersebut. Dan hal inilah yang mempengaruhi kecernaan pada masing-masing ternak dengan berbagai tingkat persen kecernaan bahan keringnya.
Analisa bahan kering dari preparasi sampel sampai dengan perhitungan kadar BK dengan serangkaian rumus dapat dikatakan setiap pakan yang diberikan mempunyai BK yang berbeda dan BK feses yang berbeda pula tergantung dari kondisi daya cerna sapi. Retensi pakan pada setiap ternak terlihat dari tabel dan perhitungan data diatas juga berbeda yang dimana retensi BK yang paling besar yaitu pada sapi no. 2 dan 6 ini dikarenakan keluran feses BK mereka diatas rata-rata diantara sapi yang lain dan keluaran feses masing-masing. Analisis BK pakan juga penting untuk dilakukan agara bisa melihat sebagaimana besar kecernaan bahan kering yang dilakukan oleh sapi dan bisa terlihat baik BK pakan ataupun BK feses rata-rata sama yaitu berkisar 90-an%.























BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari serangkaian kegiatan praktikum dan data perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis bahan kering merupakan cara yang digunakan untuk mengetahui daya kecernaan pakan yang dilakukan oleh ternak yang dalam hal ini sapi. Cara yang digunakan yaitu kecernaan dengan metode in-vivo yaitu dengan cara mengurangi konsumsi dengan sisa pakan, mengukur banyaknya pakan yang dikeluarkan lewat feces. Pakan yang dikonsumsi merupakan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tersisa.
Setelah melalui proses dilaboratorium didapatkan bahan kering pakan dan bahan kering feses sama yaitu 90-an %. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan. Inilah yang menyebabkan retensi BK pada setiap ternak berbeda-beda.
5.2. Saran
    Pelaksanaan praktikum ruminansia telah terlaksana dengan baik. Namun pelaksanaannya harus lebih teliti lagi agar hasil yang dicapai lebih maksimal. Penggunaan sampel sebaiknya lebih bervariasi lagi sehingga praktikan dapat mengetahui dan membandingkan KcBK antara bahan pakan yang satu dengan bahan pakan yang lain.




DAFTAR PUSTAKA

Anitasari, L. 2010. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Tape Singkong dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum Domba Lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.
Anggorodi. 2004. Pencernaan Mikrobia Pada Ruminansia (terjemahan). Cetakan pertama. Gadjah Mada University press.
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta
Dixon , A. E. 1986. Increasing Digestive Energy Intake Of Ruminant Given Fibrouse Diet Supplement. In: Ruminant Feeding System Utilizing Fibrous Agricuktural Residues1985. IDP of Australia University And College Ltd.Canbera.
Handajani, Hany dan Wahyu,Widodo.2010.Nutrisi Ikan.Malang:UMM Press
Hartadi H., S. Reksohadiprojo, AD. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Cetakan Keempat, Gadjah Mada Uivesity Press, Yogyakarta.
Komar, A.1984. Teknologi Penglahan Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak. Dian Grahita bandung.
Lubis, D.A.1992. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan Kedua. PT Pembangunan. Jakarta
Tillman,A.D,.H.Hartadi,S. Reksohadiprodjo. 1991.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Subandriyo et al. 2000. Pendugaan kualitas bahan pakan  untuk  teroak  ruminansia.  Fakultas Peternakan  Institut Pertanian Bogor. http :// www.fapet-ipb.ac.id/files/edu Diakses 20 juni 2013
Tilley, J.M.A. and R.A Terry. 1963. A Two Stage Technique For The In Vitro, Digestion Of Forage Crops. British Grassl. London.